Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

TAMPILAN ARSITEKTUR

Catatan: Tampilan Arsitektur , adalah buah pikir Prof. Josef Priyotomo. Tulisan ini saya peroleh dari rekan Dr. M Muqoffa, UNS Surakarta. Saya merasa senang dengan tulisan ini sehingga merasa untuk berbagi dengan para sahabat sekalian. Selamat menikmati .     oleh: josef priyotomo Tampilan: apa dan siapa dia? Tergantung pada sisi tinjau manakah penjawab pertanyaan itu, di situ pulalah kebenaran dan kesalahan, persetujuan dan penolakan atas jawabannya diletakkan. Bagi pihak yang masih menempatkan ruang sebagai panglima dalam arsitektur, misalnya, maka tampilan bukanlah sebuah ihwal yang perlu perhatian yang setara dan sepadan dengan perhatian terhadap ruang arsitektur. Mereka yang mengikuti dogma ‘form follows function’ mengatakan bahwa bentuk muncul sebagai akibat dari pananganan atas ruang dan fungsi. Dalam lingkungan penganut pandangan itu, bahkan tidak jarang ada kesan bahwa bentuk itu disinonimkan dengan ruang. Lihat saja Glass House dari Philip Johnson atau Tugendhat House dari

SENJAKALA KOTAGEDE II

Pesona Kota Tua Tersebutlah setelah kemenangan Ki Gede Pemanahan atas Arya Penangsang yang berseteru dengan Raja Pajang menjadi awal berdirinya Kerajaan Islam Mataram. Atas peran Ki Gede Pemanahan membantu Pajang, Raja Pajang menghadiahinya sebuah hutan bernama Alas Mentaok. Ki Ageng Pemanahan lalu mendirikan Kerajaan Islam Mataram Kuno pada tahun 1575 dengan rakyatnya yang disebut Mentawisan. Sentra Kerajinan Perak Kotagede merupakan sentra kerajinan perak di Yogyakarta. Kotagede tidak cukup disebut sebagai Kota Perak, tetapi Kota Tua ( The Old Capital City ). Memasuki Kotagede dari arah Utara (melalui Gedong Kuning), jalan kecil diapit bangunan klasik berjejer di kedua ruas jalan, menjadi pembuka eksotis bagi wisatawan setelah melewati gapura. Kerajinan perak dijual di bagian depan rumah penduduk sekaligus galeri (bangunan lama berbentuk limasan atau Joglo yang biasanya untuk menerima tamu) dengan jenis dan harga yang beraneka ragam. Kerajinan perak sendiri merupakan

RUMAH DI ATAS BATU

Arsitektur ada berkat pemikiran, yang didukung oleh perkembangan teknologi konstruksi dan seni kriya. Kemudian arsitektur tersebut akan bertahan hidup lama bergantung pada sumberdaya alamnya, serta budaya inklusif yang dialogis dengan kebaruan serta citarasa jaman. Arsitektur Toraja merupakan karya yang berdialog secara intensif dengan masyarakat pemiliknya dan lingkungan yang mendukungnya, sepanjang sejarah suku Toraja hingga saat kini. Perubahan jaman dapat dilewati oleh Arsitektur Toraja secara berkelanjutan berkat dukungan dari kepedulian penggunanya mulai dari pemilik, para tukang dan potensi lingkungan yang terkendalikan oleh adat, aluk , dengan baik.

Senja di Kotagede (1)

Kotagede terletak di selatan Kota Yogyakarta. Asal mula Kotagede dapat dijelaskan dari dua versi. Yang pertama, yakni versi sejarah yang telah dibuktikan dengan keberadaan artefak arkeologis seperti makam Panembahan Senapati di Makam Agung (Van Mook, 1972). Melacak peninggalan arkeologis yang ada, Inajati (2000) menunjukkan struktur Kotagede terdiri atas kraton, masjid, pasar dan alun-alun.  Komponen kawasan tersebut diistilah dengan Catur Gatra . Versi ini dilengkapi dengan adanya cerita rakyat. Selain itu di Kampung Dalem, terdapat sebuah cungkup, rumah-rumahan berisikan untuk watu gatheng (batu untuk mainan gatheng ), watu genthong (batu berceruk konon digunakan untuk menghamtam kepalanya Mangir), serta watu gilang (batu untuk singgasana). Ketiga batu tersebut diyakini memiliki kaitan dengan Panembahan Senopati. Wilayah Kotagede ditinggalkan oleh Sultan Agung dan penerusnya yang memilih untuk pindah ke Kerta, Pleret hingga Kartasura. Setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1775, wi

Pedestrian Ngarsapura

Ngarsapura adalah sebuah karang di depan alun-alun Pura Mangkunagaran, Surakarta. Karang atau halaman di luar tembok kraton Mangkunagaran yang menjadi tempat tinggal para tuan, bendoro, dalam kalangan kerabat Mangkunagaran. Di tengahnya membelah sepenggal jalan yang menjadi gerbang utama Pura, lurus menuju Selatan. Jalan itu menjadi sumbu imajiner rumah pangeran yang berorientasi ke Utara-Selatan sebagaimana lazimnya tipe ideal arsitektur Jawa. Jika kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menghadap ke arah Utara, maka Pura Mangkunagaran sebagai rumah seorang adipati menghadap ke Selatan.  Pura Mangkunagaran terletak disebelah Barat kraton Surakarta. Akibat pertumbuhan Kota Surakarta, sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah, menjadikan Kawasan Ngarsapura kini berada di titik tengah Kota Surakarta. Dengan demikian Mangkunagaran memiliki peran dan fungsi penting bagi Kota Surakarta. Maka besarnya kontribusi Kawasan Ngarsapura terhadap perkembangan Kota Surakarta selanjutkan