Ngarsapura adalah sebuah karang di depan alun-alun Pura Mangkunagaran, Surakarta. Karang atau halaman di luar tembok kraton Mangkunagaran yang menjadi tempat tinggal para tuan, bendoro, dalam kalangan kerabat Mangkunagaran. Di tengahnya membelah sepenggal jalan yang menjadi gerbang utama Pura, lurus menuju Selatan. Jalan itu menjadi sumbu imajiner rumah pangeran yang berorientasi ke Utara-Selatan sebagaimana lazimnya tipe ideal arsitektur Jawa. Jika kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menghadap ke arah Utara, maka Pura Mangkunagaran sebagai rumah seorang adipati menghadap ke Selatan.
Pura Mangkunagaran terletak disebelah Barat kraton Surakarta. Akibat pertumbuhan Kota Surakarta, sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah, menjadikan Kawasan Ngarsapura kini berada di titik tengah Kota Surakarta. Dengan demikian Mangkunagaran memiliki peran dan fungsi penting bagi Kota Surakarta. Maka besarnya kontribusi Kawasan Ngarsapura terhadap perkembangan Kota Surakarta selanjutkan dikarenakan oleh tata letak kawasan yang menjadi simpul pergerakan dan simpul ekonomi kota.
Jalan yang membelah Ngarsapura itu oleh Pemerintah Kota Surakarta dinamai Jl. P Diponegoro. Sepanjang kurang lebih tiga ratus meter berawal dari pertigaan Jl. Slamet Riyadi hingga pertigaan Jl. Ronggowarsito, kemudian masuk ke alun-alun Pamedan, Mangkunagaran. Letaknya yang amat strategis mengakibatkan ketegangan aktivitas dan terganggunya sistem perkotaan pada kawasan tersebut.
Beberapa parameter yang bisa dilihat secara langsung adalah (1) tingginya intensitas kegiatan ekonomi yang berimbas pada penurunan kualitas aksesibilitas, (2) ketidakteraturan penataan bangunan baik dari aspek peraturan bangunan maupun penampilan bangunan, (3) kaburnya citra kawasan budaya dengan lemahnya akses visual dari keberadaan artefak-artefak budaya yang ada.
Berbagai fasilitas kota yang terdiri atas fasilitas perdagangan, pendidikan, peribadatan dan perumahan terletak di kawasan ini;
- Pasar Triwindu, pasar barang-barang antik
- Pertokoan barang elektronik dan kelontong di kiri-kanan penggal jalan Jl. Diponegoro dan Jl. Ronggowarsito
- Pejasa komersial, sekolah lanjutan pertama, SMPN 5
- Komplek Keraton Mangkunegaran sebagai pusat kegiatan seni dan budaya,
Berkembangnya kawasan ini dari lingkungan kraton menjadi kawasan ekonomi dan layanan sosial menunjukkan bahwa Kawasan Ngarsapura memiliki arti penting bagi aspek budaya (pelestarian dan penguatan entitas budaya). Aspek sosial (peningkatan kualitas interaksi sosial). Aspek ekonomi (pewadahan kegiatan), serta aspek lingkungan (peningkatan kualitas ekologis).
Menghidupkan Kembali Ngarsapura
Permasalahan muncul setelah Kawasan Ngarsapura mengalami perubahan. Fungsi, peran dan hirarki dibidang seni dan budaya lokal akibat laju perkembangan fisik dan kegiatan yang beragam. Perkembangan tersebut kurang memberikan apresiasi terhadap terbentuknya citra kawasan yang memberikan identitas Mangkunegaran khususnya, dan identitas kota Surakarta pada umumnya.
Ciri dan kekhasan dari wujud kawasan Ngarsapura penting karena selain memiliki nilai historis yang tinggi, jalan di kawasan ini juga dapat dikatakan sebagai ”Lurung Luhung” (sebuah penggal jalan yang agung; diangungkan). Belum ada peraturan dan acuan pembangunan fisik di kawasan ini yang akan mengarahkan kepada terbentuknya rancangan arsitektural yang holistik dan memadai. Bangunan disekitarnya tumbuh tanpa aturan yang selaras dengan Pura yang kini menjadi kawasan cagar budaya (KCB). Berangkat dari permasalahan selama ini maka diperlukan solusi perencanaan yang menyelesaikan isu-isu seperti di bawah ini:
- Terciptanya kembali Kawasan Ngarsapura sebagai district yang berkarakter dan beridentitas kelokalan,
- Menyelaraskan berbagai kepentingan, meliputi ekonomi lokal (ritel, pasar dan jasa)
- Pelestarian budaya (Pasar Triwindu, Kraton Mangkunegaran, lapangan Pamedan)
- Pelestarian lingkungan hidup (ruang terbuka hijau), kemudahan aksesibilitas (jaringan jalan perkotaan), dan peningkatan kualitas lingkungan (city walk),
Kawasan Ngarsapura dirancang menjadi atraksi wisata akhir pekan dan hari-hari libur bagi Kota Surakarta. Perlu didorong untuk mengembangkan aktivitas di sepanjang pedestrian Ngarsapura. Perlu juga ditata dan ditumbuhkan kegiatan kuliner dengan corak pariwisata budaya. Menghidupkan dan menjaga kelestarian ruang terbuka kota berupa pedestrian menjadi ruang terbuka dan taman kota. Menyeimbangkan kualitas lingkungan hidup sekaligus memberi ruang bagi pengembangan aktivitas ekonomi.
Mengembalikan kawasan Ngarsapura sebagai salah satu kawasan budaya di Kota Surakarta dengan memberi pengalaman ruang di penggal jalan yang memiliki sejarah masa lalu. Ngarsapura dimasa depan, perlu ditata kembali fisik dan bangunan dengan memperhatikan aspek religi, pendidikan, seni, budaya, dan olahraga-rekreatif, sesuai dengan konsep Surakarta Kota Budaya.
Visi pengembangan Ngarsapura sebagai kawasan cagar budaya, menjadi generator bagi aktivitas cultural dalam matra dan konteks yang luas. Sedangkan Misinya;
- Mengembalikan kawasan Ngarsapura sebagai kawasan yang berbudaya, yang dimodifikasi dengan aktivitas dan fasilitas baru,
- Menghidupkan kawasan Ngarsapura di malam hari dengan berbagai aktivitas,
- Membangun sarana dan prasarana sebagai penunjang aktivitas warga dan lingkungan.
Fungsi dan Peran Ngarsapura
Ngarsapura bagi Kota Surakarta adalah sebagai kawasan budaya yang mempunyai citra yang kuat. Pada zaman dulu jalan Diponegoro selalu tutup di malam hari dan berubah menjadi sebuah pasar yang dinamai Pasar Ya’ik. Mereka berdagang disepanjang jalan Ngarsapura. Siang hari tempat ini kembali berfungsi sebagai jalan biasa.
Ngarsapura juga menampung pasar lain, yaitu Pasar Triwindu, pasar dengan komoditas pada masa sekarang barang-barang antik. Di pasar ini juga terkenal Soto Triwindu-nya. Kiri kanan jalan ngarsapura ini sendiri adalah deretan kios dan kedai untuk mengudap, jalan ini adalah sumbu ke selatan dari Pura Mangkunagaran membelah Pamedan.
Di dalam Kawasan Ngarsapura ini masih terdapat bangunan tua yang mempunyai gaya arsitektur Jawa yang kondisi fisiknya sudah banyak yang rusak. Diantaranya adalah SLB merupakan bangunan belanggam Jawa yang masih tegak berdiri.
Pura Mangkunagaran merupakan sebuah rumah keluarga pangeran yang disejajarkan dengan raja. Di tengah perkembangan gaya arsitektur modern saat ini kompleks Mangkunagaran yang memiliki nilai sejarah harus di lestarikan. Undang-Undang cagar budaya mewajibkan untuk melestarikan dan memelihara bangunan tua ini dengan baik.
Manfaat Menghidupkan Kembali Ngarsapura
Kawasan Ngarsapura ditengarai dengan pedestrian yang diberi nama Lurung Luhung; sepenggal ruang linier menuju kesebuah tujuan akhir yang berhirarki tertinggi, yakni Pura Mangkunagaran. Lurung adalah lorong, yakni sebuah jalan. Luhung berarti besar dalam arti kiasan yang bermakna luhur, mulia. Ngarsapura, dalam konteks pengertian kali ini, secara imajiner, adalah sumbu Utara-Selatan yang menghubungkan titik pusat pemerintahan Kawedanan Ageng dengan titik pusat kekuasaan Laut Kidul (Samudra Indonesia).
Sumbu imajiner merupakan ungkapan rasa batin masyarakat setempat, yang terbentuk dalam waktu yang lama dan dalam penghayatan yang mendalam, sangat memengaruhi susunan fisikal lingkungan binaan hingga kini. Keabadian dari imaji-imaji tersebut, dalam konteks kesejamanan peradaban manusia, menyeruak menjadi konsep tata bina lingkungan atau konsep arsitekturalnya.
Maka Ngarsapura adalah sebuah ruang linier dengan kandungan nilai-nilai luhur yang akan dimanfaatkan untuk mengatur tatanan arsitektural seluruh lingkungan binaan kawasan disekitarnya. Dikemudian hari Kawasan Ngarsapura berkembang sebagai salah satu atraksi wisata, ekonomi, dan seni. Pada perkembangannya kini kegiatan ekonominya yang bertumbuh sedangkan atraksi wisata serta kesenian dirasa sangat memudar. Kegiatan perekonomian yang dominan adalah perdagangan dengan beberapa jenis komoditas dominan yang bisa didapat:
- Elektronik khususnya peralatan rumah tangga
- Makanan khususnya menu masakan Jawa
- Peralatan olah raga, musik, pita kaset dan keping CD.
Perkembangan perdagangan dan persaingan pasar yang semakin ketat, terutama dengan pertumbuhan ritel besar di sepanjang Jl. Slamet Riyadi, menjadikan kompleks perdagangan Ngarsapura mengalami penurunan daya tarik dan daya saingnya. Beberapa komoditas makanan seperti gudeg, ayam goreng, dan soto Triwindu, yang melegenda, masih menjadi daya tarik bagi warga kota. Demikian pula pedagang barang antik, logam, dan pedagang klithikan, masih menjadi dagangan andalan yang khas.
Dalam rangka menghadapi persaingan tersebut diperlukan peningkatan layanan secara menyeluruh dan tersistem. Pembangunan pedestrian Ngarsapura merupakan pilihan rencana tata ruang untuk melakukan peningkatan kegiatan tersebut. Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui rasionalisasi dan efisiensi pemanfaatan ruang dan pembangunan tempat usaha. Perbaikan tersebut meliputi penataan ruang usaha dan perbaikan layanan kepada pengunjung.
Revitalisasi kawasan ini untuk kepentingan pragmatis masa kini namun tetap memegang nilai seni dan budaya lokal yang berharga dari peninggalan masa lalu agar menjadikan Ngarsapura lebih berkarakter dan amat khas. Ngarsapura hendaknya menjadi kawasan yang dapat mengungkap kembali nilai-nilai lokal masa lalu, tanpa mengurangi segi fungsionalitas kegiatan sekarang. Dengan demikian kawasan ini akan beperan menjadi pusat kegiatan baru (node) bagi aktivitas sosial, ekonomi dan seni-budaya untuk kebutuhan (dan selera) sekarang.
Kompleks Mangkunegaran, adalah landmark kota yang maha penting bagi Surakarta maupun Jawa Tengah, yang perlu dipertegas dengan menata lingkungan sekitarnya. Sepenggal jalan di Ngarsapura amatlah penting bagi pengembangan perekonomian masyarakat setempat. Mengembangkan kualitas nilai sosial masyarakat melalui kontak sosial dalam kawasan ini secara intensif. Memberi peluang kepada pelaku seni dan peminat budaya Jawa khususnya dan menghidupkan kenangan masa lalu.
Perlulah mengobarkan kembali vitalitas kawasan yang sedang mengalami penurunan kualitas, decline, akibat persaingan dagang dengan kawasan lain yang padat modal. Kondisi yang menurun ini setidaknya dilihat dari segi kualitas bangunannya dan kegiatan usaha yang berjalan di tempat. Maka, mengembangkan Kawasan Ngarsapura akan menjadikan pusat kota yang memancarkan identitas “Kota Budaya” sekaligus bermanfaat bagi warga kota.
- Memberi kesempatan bagi pengembangan aktivitas melalui peningkatan kualitas lingkungan dan bangunan, ditinjau dari aspek fungsional, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup perkotaan,
- Mengendalikan perkembangan kawasan agar memiliki identitas,
- Mencari solusi keseimbangan ekologi dengan kegiatan ekonomi dan dinamika masyarakat, pariwisata sosio-kultural dan pelestarian arsitektur.
- Mendayagunakan pedestrian Ngarsapura dengan fungsi beragam yang gayut dengan tuntutan kebutuhan masa kini,
Dalam lingkup internal kawasan, Ngarsapura merupakan simpul budaya yang berpotensi memberikan kontribusi bagi perancangan kawasan kota. Kontribusi tersebut, yang kini pudar, oleh kegiatan ekonomi lokal merupakan daya dorong untuk meningkatkan sarana dan prasarana lingkungan. Diperlukan arahan perancangan (architectural design) sejauh mana pengembangannya (flexibility), yang pada masa mendatang akan menentukan arahan bagi kawasan budaya yang lebih luas jangkauannya.
Semua upaya menghidupkan kembali Ngarsapura amat dibutuhkan untuk merajut kembali jalinan cerita lama yang mungkin kita butuhkan untuk merancang lingkungan yang berbudaya Indonesia.
Catatan:
Tulisan ini merupakan usulan desain kawasan dalam merancang kembali penggal jalan P. Diponegoro dan Kawasan Ngarsapura, 2008.
Membaca posting ini membuat bernostalgia ke beberapa waktu silam,
BalasHapusketika menulis dan merancang bersama;
dengan "lagu kebangsaan" [something stupid] yang akhirnya jadi soundtrack untuk presentasi movie-perancangan di depan Pak Joko Wi.
nostalgia yang bikin kangen sama: *kopi, * "jelajah sore" tim dari warung ke warung; cafe ke cafe,*usulan kepada para boss utuk memperjuangkan "kesejahteraan" (apakah sudah terealisai....??) hehe :)
Finally, thanx Pak Priyo untuk postingannya....
r_putri
Memang penggal jalan itu selalu bikin kangen. Terima kasih komennya. Tunggu serial berikutnya. Eh, kenangannya ditulis dong biar tambah rame.
BalasHapus