Langsung ke konten utama

Besi Bekas Menjadi Mebel yang Khas

Teras belakang rumah merupakan tempat bersantai keluarga yang paling nyaman, baiknya diletakkan seperangkat kursi santai. Akan tetapi kalau hujan teras tersebut tempias air hujan, selain itu jika pagi hingga siang hari terkena sinar matahari. Bagaimanakah pilihan kursi yang nyaman serta tahan terhadap panas dan hujan. Bagaimana bila bentuk kursi yang terlihat santai tetapi nyaman untuk duduk berlama-lama. Tentu harganya yang tidak terlalu mahal dan masih terjangkau...

Ada bagian rumah yang paling sering menjadi tempat berkumpul anggota keluarga, salah satunya teras belakang. Di tempat tersebut seringkali berlangsung kegiatan yang beragam, mulai dari sekadar duduk bersantai, hingga tempat berkumpul dan bermainnya teman2 sekolah putra putri kita. Beragamnya aktivitas membutuhkan perabot yang mudah digeser, diubah layout-nya, dan bahkan dikosongkan, tanpa harus kehilangan kekhasan dan daya tariknya.
Pilihan perabotnya tentu akan mengutamakan kenyamanan pemakainya dalam bersantai, seperti kursi yang bisa digeser maupun digoyang. Persyaratan berikut adalah kuat dan tahan lama karena selain akan menghadapi masalah pengaruh lingkungan, air hujan dan panas sinar matahari, juga untuk mengantisipasi dipindahkannya perabot tersebut  kesana-kemari. Nilai tambah yang sebaiknya ada ialah sentuhan estetikanya yang khas, bilamana mungkin berbeda dengan mebel yang diperjualbelikan di toko. Untuk mendapatkan jenis mebel seperti itu, lagi pula terjangkau harganya, hanya dimungkinkan bila didesain sendiri secara eksklusif.
Dibutuhkan sentuhan tukang yang sabar dan rapi pengerjaannya, karena mebel akan selalu disentuh tangan maupun anggota tubuh lainnya. Maka terlihat menarik dan cantik saja belumlah cukup. Gunakan bahan material yang kuat dan tentu saja murah, agar tetap sesuai dengan bugjet. Rakit dengan kombinasikan dengan material lain yang beragam, kontras misalnya, agar terkesan memiliki kebebasan berekspresi. Gabungkan barang fabrikasi, seperti baja tulangan atau baja plat, dengan material alami bambu misalnya. Bahan lain juga bisa menjadi pilihan seperti kayu, anyaman tali enceng gondok, rotan dan sejenisnya.
Maka akan ada dualisme dalam mebel kita yaitu antara modernisme dan lokalitas.  Lakukan pengerjaan dengan teliti dan menggunakan teknik penyambungan atau pemasangan yang khusus agar terlihat semakin canggih.  Hal ini penting agar orang lain tidak tahu kalau sebenarnya semuanya merupakan rancangan sendiri. Tentu saja tidak terhindarkan kita akan meminta bantuan tukang yang ahli dalam mengotruksikan maupun melakukan pekerjaan finishing. Dengan cara demikian maka bila diperbandingkan komposisi antara harga bahan dan upah tenaga kerja sebaiknya lebih besar upahnya daripada harga bahannya.
Kita tentu ingat bahwa sejak dahulu nilai tambah sebuah karya seni kriya yang baik bilamana menampilkan ketrampilan tangan alias hand made. Selain itu tidak banyak yang akan memiliki dan menyamai rancangan kita. Di bawah ini adalah contoh gubahan kursi dari dua bahan yang kontras akan tetapi menyatu, sehingga unik dan memancarkan citra barunya. Selain itu mudah dirawat, dan manakala akan digunakan untuk acara formal, kita dapat menambahkan aksesori lain seperti bantal kecil atau kain penutup sandaran, yang  bertema batik atau tenun. Bilamana terlalu lama dan membosankan gantilah warna catnya, agar memberikan kesegaran baru. Nikmatilah.


(Foto: Studio Alternatives, Designboom, November 2010)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merefleksi Arsitektur YB Mangunwijaya

Pendekatan perancangan arsitektur memiliki dimensi yang hampir tanpa batas. Setiap sekolah arsitektur memiliki keyakinannya masing-masing, dan lalu mengembangkannya agar memperoleh legitimasi dari berbagai pihak. Bagi arsitek, membuat ruang adalah tujuan nyata, namun merangkai bentuk tak kalah peliknya. Mulai dari mengolah dan memberdayakan bahan atau menarik garis merah dari sejarah yang melingkupinya sah-sah saja, dan hal itu akan selalu menjadi perbincangan tiada henti. Maka membahas pendekatan perancangan menjadi penting, namun dari mana memulai, dan bagaimana melakukannya adalah bagian yang relatif sulit namun amat berharga. Apatah dikata, kita sering terjebak oleh metoda kerja yang telah dilakukan oleh para arsitek besar, yang menghasilkan karya megah, dengan argumentasinya yang tak terbantah. Dan kemudian ketika kita memraktekkannya ternyata kita hanya sekadar menjadi pengikutnya belaka. Di sekolahan, bila mahasiswa tak sepaham dengan dosen, seringkali menjadi masalah besar pul...

Pedestrian Ngarsapura

Ngarsapura adalah sebuah karang di depan alun-alun Pura Mangkunagaran, Surakarta. Karang atau halaman di luar tembok kraton Mangkunagaran yang menjadi tempat tinggal para tuan, bendoro, dalam kalangan kerabat Mangkunagaran. Di tengahnya membelah sepenggal jalan yang menjadi gerbang utama Pura, lurus menuju Selatan. Jalan itu menjadi sumbu imajiner rumah pangeran yang berorientasi ke Utara-Selatan sebagaimana lazimnya tipe ideal arsitektur Jawa. Jika kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menghadap ke arah Utara, maka Pura Mangkunagaran sebagai rumah seorang adipati menghadap ke Selatan.  Pura Mangkunagaran terletak disebelah Barat kraton Surakarta. Akibat pertumbuhan Kota Surakarta, sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah, menjadikan Kawasan Ngarsapura kini berada di titik tengah Kota Surakarta. Dengan demikian Mangkunagaran memiliki peran dan fungsi penting bagi Kota Surakarta. Maka besarnya kontribusi Kawasan Ngarsapura terhadap perkembangan Kota Surakarta selanjut...

TAMPILAN ARSITEKTUR

Catatan: Tampilan Arsitektur , adalah buah pikir Prof. Josef Priyotomo. Tulisan ini saya peroleh dari rekan Dr. M Muqoffa, UNS Surakarta. Saya merasa senang dengan tulisan ini sehingga merasa untuk berbagi dengan para sahabat sekalian. Selamat menikmati .     oleh: josef priyotomo Tampilan: apa dan siapa dia? Tergantung pada sisi tinjau manakah penjawab pertanyaan itu, di situ pulalah kebenaran dan kesalahan, persetujuan dan penolakan atas jawabannya diletakkan. Bagi pihak yang masih menempatkan ruang sebagai panglima dalam arsitektur, misalnya, maka tampilan bukanlah sebuah ihwal yang perlu perhatian yang setara dan sepadan dengan perhatian terhadap ruang arsitektur. Mereka yang mengikuti dogma ‘form follows function’ mengatakan bahwa bentuk muncul sebagai akibat dari pananganan atas ruang dan fungsi. Dalam lingkungan penganut pandangan itu, bahkan tidak jarang ada kesan bahwa bentuk itu disinonimkan dengan ruang. Lihat saja Glass House dari Philip Johnson atau Tugendhat Ho...