Langsung ke konten utama

Mebel Urban; Ringkas dan Rasional

Ingin memiliki perabot yang ringkas karena ruang-ruang di rumah sangat terbatas. Ingin punya ruang yang fleksibel, karena secara berkala membutuhkan ruang-ruang yang bisa untuk berkumpul banyak teman, seperti pengajian, arisan, misalnya. Berikut kiatnya:
  • Perabot ringan dan mudah dipindah nampaknya akan menyenangkan karena ruang bisa diubah-ubah sesuai kebutuhan.
  • Perabot knock down sekarang, yang banyak dijual di toko, mudah dirakit ulang tetapi rata-rata berat dan tidak baik kalau keseringan digeser-geser.
  •  Kemudahan memasang ulang, dan memindah perabot dari ruang ke ruang lain di dalam rumah makin dibutuhkan mengingat kepraktisan.
Beberapa desainer interior mengajukan rancangan yang memiliki kemudahan-kemudahan tersebut sebagai bagian penting dari manajemen memasarkannya. Kepraktisan sebuah mebel dapat dijumpai dalam beberapa kemungkinan. Pertama, perabot tersebut berbahan ringan, sehingga tanpa harus dibongkar mudah dipindah-pindahkan. Kedua, pemindahan mudah dilakukan dengan membongkar terlebih dahulu, dipretheli (Jawa), kemudian dipasang lagi. Jenis ini biasanya untuk perabot yang relatif besar dan tidak mungkin dipindahkan seorang diri. Ketiga, kaki perabot diberi roda seperti kursi, rak-rakan dan sejenisnya. Cara ini digunakan untuk perabotan yang sering digeser dan dipindahan. 

Berikut ini rancangan perabot berupa lemari untuk berbagai keperluan, sebut saja lemari serbaguna. Keserbagunaannya terletak pada besaran masing-masing ruang atau kotak, serta penataan setiap unitnya yang sangat fleksibel. Bobotnya juga sangat ringan karena itu bisa dipisah satu dengan lainnya sebelum dikomposisikan. Disini keinginan pemilik benar-benardiakomodasikan dengan baik sehingga sebutan serbaguna bisa ditambah dengan serba citra, karena citranya dapat dibuat dan diatur-atur. Bahkan karena ukurannya yang besar hingga kecil, dan karena ringannya, pada bagian belakang perlu diberi alat kait-hubung, klem dan sekrup, agar posisinya tetap stabil. 

Kepraktisannya yang luar biasa ini sangat memungkinkan bilamana satu atau dua unit tidak dipasangpun komposisi almari ini tetap menarik. Bahkan bila bahan atau dana kita kurang, maka dapat dibuat secara bertahap. Sebaliknya kita bisa menambahkan unit-unit baru, tidak hanya sebanyak yang disajikan dalam gambar, supaya mengakomodasikan seluruh kebutuhan kita. Karya ini dibuat oleh Kam-kam Studio sebagaimana di muat dalam majalah maya Designboom edisi Oktober 2010.

Belum puas dengan rancangan Kam-kam ini? Silakan membuat kreasi baru dengan mengganti bahan dasarnya serta penampilan warna maupun teksturnya. Pilih cat yang berwarna dasar dan beraneka rupa, konras, sehingga seperti mosaik di dalam ruang Anda. Tidak setiap unit diberi pintu, maka kita dapat membuat yang terbuka untuk meletakkan peralatan yang sering digunakan sehingga lebih praktis lagi. Arah hadap bukaan pintunyapun dapat di atur , selain ke depan juga ke arah kiri maupun kanan.  

Pada akhirnya, desain yang kreatif akan semakin memudahkan dan meringankan pekerjaan kita dan memberikan kenyamanan serta citra bahwa hidup menjadi lebih hidup lagi. Selamat berkreasi.


Desain Kam-kam Studio
Majalah Designboom, Oktober 2010

Komentar

  1. sebuah sumber informasi yang cukup inspiratif

    BalasHapus
  2. Berharap agar teman-teman lain juga menuliskan pengalamannya agar wacana merancang lebih ramai lagi.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merefleksi Arsitektur YB Mangunwijaya

Pendekatan perancangan arsitektur memiliki dimensi yang hampir tanpa batas. Setiap sekolah arsitektur memiliki keyakinannya masing-masing, dan lalu mengembangkannya agar memperoleh legitimasi dari berbagai pihak. Bagi arsitek, membuat ruang adalah tujuan nyata, namun merangkai bentuk tak kalah peliknya. Mulai dari mengolah dan memberdayakan bahan atau menarik garis merah dari sejarah yang melingkupinya sah-sah saja, dan hal itu akan selalu menjadi perbincangan tiada henti. Maka membahas pendekatan perancangan menjadi penting, namun dari mana memulai, dan bagaimana melakukannya adalah bagian yang relatif sulit namun amat berharga. Apatah dikata, kita sering terjebak oleh metoda kerja yang telah dilakukan oleh para arsitek besar, yang menghasilkan karya megah, dengan argumentasinya yang tak terbantah. Dan kemudian ketika kita memraktekkannya ternyata kita hanya sekadar menjadi pengikutnya belaka. Di sekolahan, bila mahasiswa tak sepaham dengan dosen, seringkali menjadi masalah besar pul

Senja di Kotagede (1)

Kotagede terletak di selatan Kota Yogyakarta. Asal mula Kotagede dapat dijelaskan dari dua versi. Yang pertama, yakni versi sejarah yang telah dibuktikan dengan keberadaan artefak arkeologis seperti makam Panembahan Senapati di Makam Agung (Van Mook, 1972). Melacak peninggalan arkeologis yang ada, Inajati (2000) menunjukkan struktur Kotagede terdiri atas kraton, masjid, pasar dan alun-alun.  Komponen kawasan tersebut diistilah dengan Catur Gatra . Versi ini dilengkapi dengan adanya cerita rakyat. Selain itu di Kampung Dalem, terdapat sebuah cungkup, rumah-rumahan berisikan untuk watu gatheng (batu untuk mainan gatheng ), watu genthong (batu berceruk konon digunakan untuk menghamtam kepalanya Mangir), serta watu gilang (batu untuk singgasana). Ketiga batu tersebut diyakini memiliki kaitan dengan Panembahan Senopati. Wilayah Kotagede ditinggalkan oleh Sultan Agung dan penerusnya yang memilih untuk pindah ke Kerta, Pleret hingga Kartasura. Setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1775, wi

TAMPILAN ARSITEKTUR

Catatan: Tampilan Arsitektur , adalah buah pikir Prof. Josef Priyotomo. Tulisan ini saya peroleh dari rekan Dr. M Muqoffa, UNS Surakarta. Saya merasa senang dengan tulisan ini sehingga merasa untuk berbagi dengan para sahabat sekalian. Selamat menikmati .     oleh: josef priyotomo Tampilan: apa dan siapa dia? Tergantung pada sisi tinjau manakah penjawab pertanyaan itu, di situ pulalah kebenaran dan kesalahan, persetujuan dan penolakan atas jawabannya diletakkan. Bagi pihak yang masih menempatkan ruang sebagai panglima dalam arsitektur, misalnya, maka tampilan bukanlah sebuah ihwal yang perlu perhatian yang setara dan sepadan dengan perhatian terhadap ruang arsitektur. Mereka yang mengikuti dogma ‘form follows function’ mengatakan bahwa bentuk muncul sebagai akibat dari pananganan atas ruang dan fungsi. Dalam lingkungan penganut pandangan itu, bahkan tidak jarang ada kesan bahwa bentuk itu disinonimkan dengan ruang. Lihat saja Glass House dari Philip Johnson atau Tugendhat House dari